Melatih Berpikir Kritis
Berpikir kritis
merupakan upaya untuk mengatasi bias-bias (prasangka-prasangka) yang
dimiliki setiap orang dengan berhati-hati selalu menguji, meneliti, dan
menilai berbagai klaim, pengamatan, dan pengalaman, baik dialami orang
lain maupun diri sendiri. Berpikir kritis merupakan keterampilan yang
harus terus diasah demi memperoleh kejernihan, ketepatan, relevansi,
kejujuran, dan pengertian mengenai berbagai hal di dunia.
Menurut
saya setidaknya ada sekian teknik dasar yang harus selalu dilakukan
orang jika hendak memberlakukan pikiran kritis dalam hidup keseharian:
1. Kejernihan.
Sampaikan
masalah/pokok pikiran/pertanyaan satu per satu. Dukung pernyataan
dengan memberikan beberapa contoh. Minta lawan bicara untuk menyampaikan
pokok pikirannya dengan menggunakan contoh. Jika pokok pikiran yang
sedang dibicarakan tidak jelas akibatnya percakapan/diskusi jadi ngawur
atau kemana-mana.
2. Ketelitian/Kecermatan.
Selalu memeriksa/menguji pernyataan dengan fakta-fakta terkini.
3. Ketepatan.
Selalu hindari berbagai generalisasi, ungkapan, dan ambiguitas.
4. Relevansi.
Selalu
mengaitkan semua pernyataan dengan topik utama
pembahasan/diskusi/permasalahan. Semua hal yang disampaikan haruslah
berhubungan dengan topik utama yang sedang dibicarakan.
5. Mengetahui Maksud yang Hendak Dicapai.
Hal
apa yang hendak dicapai? Apakah hal yang terpenting dalam diskusi
tersebut? Pisahkan maksud yang hendak dicapai daripada maksud-maksud
lain.
6. Identifikasi Asumsi-asumsi yang Ada.
Semua
pemikiran didasarkan pada asumsi-asumsi yang ada. Asumsi-asumsi yang
dimiliki haruslah jelas, bukan asumsi orang lain melainkan asumsi yang
berasal dari diri sendiri.
7. Cek Emosi.
Emosi
atau subjektivitas akan mengaburkan bahkan merusak kritisisme. Selalu
perhatikan dan awasi emosi karena akan mendorong upaya berpikir kritis
seseorang ke arah yang tidak sehat.
8. Pengenalan.
Kenali dan selalu mencoba memahami pandangan dan argumen orang lain atau lawan bicara. Selalu mencoba memahami emosi dan pengalaman orang lain atau lawan bicara.
9. Kerendahan Hati.
Selalu
rendah hati dengan menyadari kelemahan atau kekurangan diri sendiri.
Oleh karena itu, selalu melatih diri dengan menyerap sebanyak mungkin
pengetahuan yang ada alias tidak pernah berhenti belajar.
10. Independensi.
Selalu
menguji dan meneliti semua hal yang dibaca, dilihat, didengar, dan
dirasa. Jangan hanya mengikuti pandangan otoritas-otoritas atau pendapat
orang lain tanpa mengujinya sama sekali.
11. Tidak Tergesa-gesa Membuat Kesimpulan
Berpikir
kritis akan menghasilkan kesimpulan, dan bukan sebaliknya. Berpikir
kritis bukanlah untuk mendukung kesimpulan. Gunakan cara/metode ilmu
pengetahuan, yakni: perhatikan data kemudian mengujinya dengan
pengamatan, pengalaman, argumen, dan ilmu pengetahuan yang didukung oleh
penggunaan akal sehat. Semua hal itu dilakukan tiada henti alias terus
berulang. Dengan demikian, seorang yang kritis tidak akan tergesa-gesa
dalam membuat kesimpulan.
12. Berpikiran Terbuka.
Selalu berupaya untuk melihat permasalahan/topik utama dari berbagai/banyak sudut pandang, bukan hanya argumen-argumen yang mendukungnya melainkan juga argumen-argumen yang melawannya.
13. Mengenali dan Menyadari Latar Belakang Budaya.
Selalu
mengenali dan menyadari bahwa orang lain sangat mungkin berpikir
berbeda akibat latar belakang budaya yang berbeda dari kita. Oleh karena
itu, yang harus selalu coba dijawab adalah pertanyaan, “mengapa
pandangan saya lebih baik dari orang yang berasal dari latar belakang
budaya yang berbeda?”
14. Bijak.
Selalu
berupaya untuk bersikap bijak dengan menyadari keterbatasan diri
sendiri. Gunakanlah kata-kata bijak, seperti: “saat ini saya belum
mengetahui jawabannya, namun saya akan segera mencari penjelasan
mengenai hal itu, dan ketika saya sudah memperolehnya, saya akan kembali
kepada anda” atau ” saya belum mempelajari hal tersebut, tolong berikan
saya waktu untuk mempelajarinya terlebih dahulu”.
(Andy Milly)
0 komentar:
Posting Komentar